ORANG yang sakit tidak sama dengan yang sehat. Semua harus berusaha melaksanakan kewajibannya menurut kemampuan masing-masing. Sehingga nampaklah keindahan syariโat dan kemudahannya. Satu hal yang pasti, orang sakit pun tetap dikenai kewajiban shalat. Bagaimana tata cara shalat orang sakit? Sebelum mengetahui tata cara sholat, diantara hukum-hukumyang berhubungan dengan orang sakit dalam ibadah sholatnya adalah diperbolehkan baginya untuk men-jamaโ menggabung antara shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya baik dengan jamaโ taqdim atau taโkhir. Hal ini melihat kepada yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijamaโ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas radhiallahu anhuma yang menyatakan BACA JUGA 2 Waktu Shalat Dhuha yang Terlarang, Perhatikan โRasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjamaโ antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isyaโ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata Aku bertanya kepada Ibnu Abas radhiallahu anhuma Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau radhiallahu anhuma menjawab Agar tidak menyusahkan umatnya,โ HR. Muslim no. 705 Tata cara sholat orang sakit Dan kemudahan itu adalah mengetahui tata cara shalat orang yang sakit sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan penjelasan para ulama. Foto Freepik 1-Tata cara sholat orang sakit Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya. 2-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu rukuโ atau sujud tetap tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa rukuk maka menunduk untuk rukuk. Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya, Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin. 3-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan duduk. 4-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Foto Freepik Hal ini dilakukan dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrรขn bin al-Hushain โShalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah,โ HR. Al-Bukhari. No. 1117. BACA JUGA 8 Hal yang Harus Dilakukan Saat Kita Sakit 5-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat. 6-Tata cara sholat orang sakit Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya tersebut. 7-Tata cara sholat orang sakit Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat. []TilamUdara Angin Untuk Orang Sakit. Jika berkemampuan bolehlah disediakan katil boleh laras dan tilam bersama lapik ripple matress yang bagus untuk pesakit strok atau angin ahmar yang terlantar. Penggunaan tilam khas bagi pesakit terlantar sangat penting kerana fungsinya yang dapat mengurangkan risiko terjadinya ulser tekanan.
Sedangkankedua orang tuanya, istrinya, anak pertamanya dan satu keponakan lainnya dinyatakan negatif Covid-19. "Yang lainnya negatif. Terus bapak saya karena dapat kabar negatif itu, karena dia marbot mushola juga, shalat subuh lah ini bapak saya, shalat subuh udah adzan sama qomat tinggal shalat, bapak saya ditinggalin sendirian di mushola.
Soal Ibu saya sudah menopause dan qadarullah terkena stroke shg beliau harus mengenakan diaper pampers. Yang ingin saya tanyakan bagaimanakah bila akan melakukan shalat? Harus kah mengganti diaper di setiap akan wudhu atau boleh kah tdk menggantinya mengingat harganya afwan yg tidak murah. Jawab Diantara syarat sholat adalah menghilangkan najis dari badan, pakaian dan tempat sholat. Terkait dengan kondisi ibu anda, semoga Alloh senantiasa menjaga dan memberikan taufiq yang kondisinya sudah BAB dan BAK di atas kasur menggunakan diapers, apabila datang waktu sholat, wajib bagi ibu anda untuk beristinja dan berwudhu dan mengganti diapers dengan yang suci. Terkait dengan beban karena harga diapers yang relative mahal kita sarankan untuk dibuatkan kain semisal diapers yang bisa dicuci dan digunakan berkali-kali. Semoga Alloh senantiasa memberikan kemudahan dan kesabaran kepada anda. Gunakanlah kesempatan untuk berbakti kepada ibu, sungguh ini adalah amalan mulia, dan ketahuilah tidak akan sia sia sedikitpun apa yg anda keluarkan berupa waktu, tenaga dan harta untuk berkhidmah kepada ibu. Wabillahittaufiq.
Sbblama aku pakai kan mak aku pampers. Hahahaha. Dan pasal kecil hati dgn abang aku tu.. Hmm. Ada sekali tu. Abang aku call dr Bahrain. Aku diam, aku tak nak bercakap. Aku mmg membatu. Mak aku tegur "syg ok? " syg meh la bercakap dgn mak" aku diam jer. Kebetulan aku baru lps solat, aku pon sambung jer zikir. Tup2, suara mak aku jadi lain.
Illustrasi via iStockphoto โ Cara Sholat Orang sakit dan Tidak Bisa Lepas dari Pampers ุงูุณูุงู ุนูููู ูุฑุญู ุฉ ุงููู ูุจุฑูุงุชู Ustadz, saya mau bertanya. Ayah saya sudah sakit sekitar 1 tahun lebih. Beliau sudah periksa kedokteran, dan hasilnya hanya dinyatakan bahwa beliu sakit asam urat dan kolesterol. Keluhan beliau, kalau menyentuh air dinginnya terasa sampai ke tulang. Beliau telah meninggalkan sholat selama setahun lebih juga, karena banyak alasan. Yaitu, gak bisa menyentuh air, gak bisa tayammum, dan beliau juga pakai pampers karena buang air besar dan buang air kecil keluar sendiri. Yang ingin saya tanyakan Apakah harus ganti pampers setiap akan mengerjakan shalat? Karena takut terkena najis. Bagaimana sikap saya terhadap orang tua saya ketika beliau seperti itu? Disuruh beribadahnya banyak alasan. Syukron, Ustadz. Salam, Fulanah JAWAB ูุนูููู ุงูุณูุงู ูุฑุญู ุฉ ุงููู ูุจุฑูุงุชู Setiap Muslim diberikan kewajiban untuk melaksanakan sholat selagi hayat masih di kandung badan. Selama napas masih berjalan, maka kewajiban sholat mesti ditunaikan. Namun, memang tata cara pelaksanaan sholat itu mengikuti keadaan dan kondisi orang yang mengerjakannya. Nah, bagi pasien yang menggunakan pampers hendaklah menggantinya setiap kali akan melaksanakan sholat, jikalau pampersnya bernajis. Pelaksanaan sholat ketika sakit memang memerlukan usaha yang lebih. Maka sholat bagi pasien ataupun yang sakit parah, sehingga menggunakan pampers, dibolehkan untuk menjamaโ sholatnya. Sehingga, penggunaan dan penggantian pampers dalam satu hari cukup hanya dua kali saja, tidak mesti sampai lima kali. Bagaimana cara melakukannya? Contoh, setelah penggantian pampers pertama dilakukan, maka pasien melaksanakan sholat Zuhur dan Ashar yang dilakukan dengan jamaโ taโkhir. Sholatnya tersebut dilaksanakan di akhir waktu Ashar menjelang waktu Maghrib. Kemudian, setelah sholat Zuhur dan Ashar tadi, ia dapat langsung melaksanakan sholat Maghrib dan Isya dengan cara jamaโ taqdim. Itu cara sholat dan penggantian pampers pertama. Penggantian pampers yang kedua dilakukan ketika waktu Subuh. Jadi, cara seperti ini memudahkan orang yang sakit agar tidak mengganti pampers berulang-ulang. Cukup hanya dua kali. Kemudian mengenai tanggung jawab merawat yang sakit adalah merupakan tanggung jawab keluarga atau yang ditugaskan. Maka siapa yang mendapat jatah menjaga, hendaklah memperhatikan dan selalu mengingatkan dengan lemah lembut setiap tiba waktunya sholat. Jikalau masih beralasan dan sebagainya, hendaklah didoakan dan terus diberikan kebaikan dan nasehat yang baik kepada yang sakit. Wallรขhu aโlam bish-showรขb. ูุงูุณูุงู ุนูููู ูุฑุญู ุฉ ุงููู ูุจุฑูุงุชู [Dijawab oleh Ustadz Fauzan Akbar Daulay] .. SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHKNews] Read Next 2 hari lalu Berkurban pada Yaumun Nahr 4 hari lalu Doa dan Zikir di Arafah 4 hari lalu Tata Cara Wukuf dalam Ibadah Haji 5 hari lalu Waktu dan Tempat Wukuf di Arafah
Solatadalah tunjang dan lambang yang menjadi penenang jiwa, penghibur hati dan penghubung antara hamba dengan Allah S.W.T. Islam tidak menjadikan sakit sebagai alasan untuk membolehkan seseorang tidak menunaikan solat melainkan jika sakit itu menyebabkan seseorang berada pada tahap di luar dari paras kesedaran. Rasulullah s.a.w bersabda: Agama Islam penuh dengan kemudahan. Semua yang diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba. Allah Taโala berfirmanููุงุชูููููุง ุงูููููู ู ูุง ุงุณูุชูุทูุนูุชูู ูโMaka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmuโ QS. At Taghabun 16.Termasuk dalam ibadah shalat, ibadah yang paling agung dalam Islam. Terdapat banyak kemudahan dan keringanan di dalamnya. Dalam kesempatan kali ini akan dibahas mengenai kemudahan dan keringanan shalat bagi orang Yang Sakit Tetap Wajib ShalatKeringanan-Keringanan Bagi Orang Yang SakitTata Cara Shalat Bagi Orang SakitOrang Yang Sakit Tetap Wajib ShalatShalat diwajibkan kepada semua Muslim yang baligh dan berakal. Merekalah mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk meninggalkan shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum baligh dan orang yang tidak berakal. Rasulullah Shallallahuโalaihi Wasallam bersabdaุฑููุนู ุงูููู ู ุนู ุซูุงุซุฉู ุนู ุงููุงุฆู ู ุญุชู ูุณุชููุธู ุ ูุนู ุงูุตุจููู ุญุชู ูุญุชูู ู ุ ูุนู ุงูู ุฌูููู ุญุชู ูุนููููโPena catatan amal diangkat dari tiga jenis orang orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila hingga ia berakalโ HR. An Nasa-i no. 7307, Abu Daud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jamiโ no. 3513.Demikian juga yang dibolehkan untuk meninggalkan shalat adalah wanita haid dan nifas. Ibunda Aisyah radhiallahuโanha pernah ditanya,ุฃูุชูุฌูุฒูู ุฅูุญูุฏูุงููุง ุตููุงูุชูููุง ุฅูุฐูุง ุทูููุฑูุชู ููููุงููุชู ุฃูุญูุฑููุฑููููุฉู ุฃูููุชู ูููููุง ููุญููุถู ู ูุนู ุงููููุจูููู โ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู โ ูููุงู ููุฃูู ูุฑูููุง ุจูููโApakah kami perlu mengganti shalat kami ketika sudah suci?โ Aisyah menjawab, โApakah engkau seorang wanita Haruriyah Khawarij? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahualaihi wasallam, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk menggantinyaโ HR. Al Bukhari no. 321.Ummu Salamah radhiallahuโanha juga mengatakanูุงูุช ุงูููุณุงุก ุชุฌูุณ ุนูู ุนูุฏ ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุฃุฑุจุนูู ููู ุงโDahulu wanita yang sedang nifas di masa Rasulullah Shallallahuโalaihi Wasallam duduk tidak shalat selama 40 hariโ HR. Ibnu Majah no. 530, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.Maka kita lihat ternyata orang sakit tidak dikecualikan. Sehingga tidak ada udzur untuk meninggalkan shalat selama ia baligh, berakal, tidak haid, dan tidak Bagi Orang Yang Sakit1. Dibolehkan untuk tidak shalat berjamaah di masjidShalat berjamaโah wajib bagi lelaki. Namun dibolehkan bagi lelaki untuk tidak menghadiri shalat jamaโah di masjid lalu ia shalat di rumahnya jika ada masyaqqah kesulitan seperti sakit, hujan, adanya angin, udara sangat dingin atau Ibnu Umar radhiallahuโanhumaููุงูู ููุฃูู ูุฑู ู ูุคูุฐููููุง ููุคูุฐูููู ุ ุซูู ูู ููููููู ุนูููู ุฅูุซูุฑููู โโ โ ุฃูููุง ุตูููููุง ููู โโุงูุฑููุญูุงูู โโ ููู ุงููููููููุฉู ุงููุจูุงุฑูุฏูุฉู ุฃููู ุงููู ูุทููุฑูุฉู ููู ุงูุณููููุฑูโDahulu Nabi memerintahkan muadzin beradzan lalu di akhirnya ditambahkan lafadz /shalluu fii rihaalikum/ shalatlah di rumah-rumah kalian ketika malam sangat dingin atau hujan dalam safarโ HR. Bukhari no. 616, Muslim no. 699.Dari Jabir bin Abdillah radhiallahuโanhu, ia berkataุฎุฑุฌูุง ู ุน ุฑุณููู ุงูููู ุตูููู ุงูููู ุนูููู ูุณูููู ู ูู ุณูุฑู . ูู ูุทูุฑููุง . ููุงูโ ูููุตููู ู ู ุดุงุก ู ููู ูู ุฑูุญููููโโKami pernah safar bersama Rasulullah Shallallahuโalaihi Wasallam, lalu turunlah hujan. Beliau besabda bagi kalian yang ingin shalat di rumah dipersilakanโ HR. Muslim no. 698.Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskanุตููุง ูู ุจููุชูู ุฅุฐุง ูุงู ููู ู ุดูุฉ ุนูู ุงููุงุณ ู ู ุฌูุฉ ุงูู ุทุฑ ุฃู ุงูุฒูู ูู ุงูุฃุณูุงูโShalatlah di rumah-rumah kalian, maksudnya jika ada masyaqqah kesulitan yang dirasakan orang-orang, semisal karena hujan, atau jalan yang licin.โ[1]Dan kondisi sakit terkadang menimbulkan masyaqqah untuk pergi ke masjid. Nabi Shallallahuโalaihi Wasallam pun ketika beliau sakit parah, beliau tidak shalat di masjid, padahal beliau yang biasa mengimami orang-orang. Beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menggantikan posisi beliau sebagai imam. Aisyah radhiallahuโanha berkataุฃู ุฑุณููู ุงูููู ุตูููู ุงูููู ุนููู ูุณูููู ูุงู ูู ู ุฑูุถูู ู ูุฑูุง ุฃุจุง ุจูุฑู ูุตูููู ุจุงููุงุณู โRasulullah Shallallahuโalaihi Wasallam ketika sakit beliau bersabda perintahkan Abu Bakar untuk shalat mengimami orang-orangโ HR. Bukhari no. 7303.Ibnu Abbas radhiallahuโanhu mengatakanููุฏ ุฑูุฃูุชููุง ูู ุง ูุชุฎููููู ุนู ุงูุตูููุงุฉู ุฅูุง ู ูุงููู ูุฏ ุนูููู ู ููุงูููู ุฃู ู ุฑูุถูโAku melihat bahwa kami para sahabat memandang orang yang tidak shalat berjamaโah sebagai orang munafik, atau sedang sakitโ HR. Muslim no. 654.Dalil-dalil ini menunjukkan bolehnya orang yang sakit untuk tidak menghadiri shalat jamaโ Dibolehkan menjamak shalatMenjamak shalat dibolehkan secara umum ketika ada masyaqqah kesulitan. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahuโanhu beliau mengatakanุฌู ุน ุฑุณููู ุงูููู ุตูููู ุงูููู ุนููู ูุณูููู ู ุจูู ุงูุธูุฑู ูุงูุนุตุฑู ุ ูุงูู ุบุฑุจู ูุงูุนุดุงุกู ุจุงูู ุฏููุฉู ู ู ุบูุฑู ุฎููู ููุง ู ุทุฑูโRasulullah Shallallahuโalaihi Wasallam menjamak shalat Zhuhur dan shalat Ashar, dan menjamak shalat Maghrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujanโ HR. Muslim no. 705.Para ulama mengatakan alasan Nabi Shallallahuโalaihi Wasallam menjamak karena ada masyaqqah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakanูุงููุตุฑ ุณุจุจู ุงูุณูุฑ ุฎุงุตุฉ ุ ูุง ูุฌูุฒ ูู ุบูุฑ ุงูุณูุฑ. ูุฃู ุง ุงูุฌู ุน ูุณุจุจู ุงูุญุงุฌุฉ ูุงูุนุฐุฑโDibolehkannya men-qashar shalat hanya ketika safar secara khusus, tidak boleh dilakukan pada selain safar. Adapun menjamak shalat, dibolehkan ketika ada kebutuhan dan udzurโ Majmuโ Al Fatawa, 22/293.Maka, orang yang sakit jika sakitnya membuat ia kesulitan untuk shalat pada waktunya masing-masing, dibolehkan baginya untuk menjamak Dibolehkan shalat sambil duduk jika tidak mampu berdiri4. Dibolehkan shalat sambil berbaring jika tidak mampu dudukJika orang yang sakit masih sanggup berdiri tanpa kesulitan, maka waijb baginya untuk berdiri. Karena berdiri adalah rukun shalat. Shalat menjadi tidak sah jika ditinggalkan. Dalil bahwa berdiri adalah rukun shalat adalah hadits yang dikenal sebagai hadits al musiโ shalatuhu, yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat, hingga setelah ia shalat Nabi bersabda kepadanyaุงุฑุฌูุนู ููุตูููู ูุฅูู ูู ุชูุตูููโUlangi lagi, karena engkau belum shalatโMenunjukkan shalat yang ia lakukan tidak sah sehingga tidak teranggap sudah menunaikan shalat. Kemudian Nabi Shallallahuโalaihi Wasallam mengajarkan shalat yang benar kepadanya dengan bersabdaุฅุฐุง ููู ุชู ุฅูู ุงูุตูููุงุฉู ูุฃุณูุจูุบ ุงูููุถููุกูุ ุซู ุงุณูุชูุจู ุงูููุจููุฉู ููุจููุฑโฆโJika engkau berdiri untuk shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan bertakbirlahโฆโ HR. Bukhari 757, Muslim 397.Namun jika orang yang sakit kesulitan untuk berdiri dibolehkan baginya untuk shalat sambil duduk, dan jika kesulitan untuk duduk maka sambil berbaring. Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, beliau mengatakanูุงูุชู ุจู ุจููุงุณูุฑู ุ ูุณุฃููุชู ุงููุจููู ุตูููู ุงูููู ุนููู ูุณูููู ุนูู ุงูุตูุงุฉู ุ ููุงู ุตูููู ูุงุฆู ูุง ุ ูุฅู ูู ุชุณุชูุทูุน ููุงุนุฏูุง ุ ูุฅู ูู ุชุณุชูุทูุนู ูุนูู ุฌููุจูโAku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi Shallallahuโalaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring menyampingโ HR. Al Bukhari, no. 1117.Dalam riwayat lain disebutkan tambahanูุฅู ูู ุชุณุชุทุน ูู ุณุชูููุงูโJika tidak mampu maka berbaring telentangโTambahan riwayat ini dinisbatkan para ulama kepada An-Nasa`i namun tidak terdapat dalam Sunan An-Nasa`i. Namun para ulama mengamalkan tambahan ini, yaitu ketika orang sakit tidak mampu berbaring menyamping maka boleh berbaring Dibolehkan shalat semampunya jika kemampuan terbatasJika orang yang sakit sangat terbatas kemampuannya, seperti orang sakit yang hanya bisa berbaring tanpa bisa menggerakkan anggota tubuhnya, namun masih berisyarat dengan kepala, maka ia shalat dengan sekedar gerakan Jabir radhiallahuโanhu beliau berkataุนุงุฏ ุตูู ุงูููู ุนูููู ูุณูููู ู ู ุฑูุถูุง ูุฑุขู ูุตูู ุนูู ูุณุงุฏุฉู ุ ูุฃุฎุฐูุง ูุฑู ู ุจูุง ุ ูุฃุฎุฐ ุนูุฏูุง ููุตูู ุนููู ุ ูุฃุฎุฐู ูุฑู ู ุจู ุ ููุงู ุตููู ุนูู ุงูุฃุฑุถู ุฅู ุงุณุชุทุนุช ุ ูุฅูุง ูุฃูู ุฅูู ุงุกู ุ ูุงุฌุนู ุณุฌูุฏูู ุฃุฎูุถู ู ู ุฑููุนููโRasulullah Shallallahuโalaihi Wasallam suatu kala menjenguk orang yang sedang sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang shalat di atas bantal. Kemudian Nabi mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu mengambil kayu dan shalat di atas kayu tersebut. Kemudian Nabi mengambil kayu tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda shalatlah di atas tanah jika kamu mampu, jika tidak mampu maka shalatlah dengan imaa` isyarat kepala. Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmuโ HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 2/306, dishahihkan Al Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi, 78.Makna al-imaa` dalam Lisanul Arab disebutkanุงูุฅูู ุงุกู ุงูุฅุดุงุฑุฉ ุจุงูุฃูุนูุถุงุก ูุงูุฑุฃูุณ ูุงููุฏ ูุงูุนูู ูุงูุญุงุฌุจโAl-Imaa` artinya berisyarat dengan anggota tubuh seperti kepala, tangan, mata, dan alis.โSyaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin mengatakanูุฅู ูุงู ูุง ูุณุชุทูุน ุงูุฅูู ุงุก ุจุฑุฃุณู ูู ุงูุฑููุน ูุงูุณุฌูุฏ ุฃุดุงุฑ ูู ุงูุณุฌูุฏ ุจุนูููุ ููุบู ุถ ููููุงู ููุฑููุนุ ููุบู ุถ ุชุบู ูุถุงู ููุณุฌูุฏโJika orang yang sakit tidak sanggup berisyarat dengan kepala untuk rukuk dan sujud maka ia berisyarat dengan matanya. Ia mengedipkan matanya sedikit ketika rukuk dan mengedipkan lebih banyak ketika sujud.โ [2]6. Dibolehkan tidak menghadap kiblat jika tidak mampu dan tidak ada yang membantuMenghadap kiblat adalah syarat shalat. Orang yang sakit hendaknya berusaha tetap menghadap kiblat sebisa mungkin. Atau ia meminta bantuan orang yang ada disekitarnya untuk menghadapkan ia ke kiblat. Jika semua ini tidak memungkinkan, maka ada kelonggaran baginya untuk tidak menghadap kiblat. Syaikh Shalih Al-Fauzan menyatakanูุงูู ุฑูุถ ุฅุฐุง ูุงู ุนูู ุงูุณุฑูุฑ ูุฅูู ูุฌุจ ุฃู ูุชุฌู ุฅูู ุงููุจูุฉ ุฅู ุง ุจููุณู ุฅุฐุง ูุงู ูุณุชุทูุน ุฃู ุจุฃู ููุฌูู ุฃุญุฏ ุฅูู ุงููุจูุฉุ ูุฅุฐุง ูู ูุณุชุทุน ุงุณุชูุจุงู ุงููุจูุฉ ูููุณ ุนูุฏู ู ู ูุนููู ุนูู ุงูุชูุฌู ุฅูู ุงููุจูุฉุ ูุฎุดู ู ู ุฎุฑูุฌ ููุช ุงูุตูุงุฉ ูุฅูู ูุตูู ุนูู ุญุณุจ ุญุงููโOrang yang sakit jika ia berada di atas tempat tidur, maka ia tetap wajib menghadap kiblat. Baik menghadap sendiri jika ia mampu atau pun dihadapkan oleh orang lain. Jika ia tidak mampu menghadap kiblat, dan tidak ada orang yang membantunya untuk menghadap kiblat, dan ia khawatir waktu shalat akan habis, maka hendaknya ia shalat sebagaimana sesuai keadaannyaโ[3]Orang yang sakit tentunya memiliki keadaan yang beragam dan bervariasi, sehingga tidak memungkinkan kami merinci tata cara shalat untuk semua keadaan yang mungkin terjadi pada orang sakit. Namun prinsip dasar dalam memahami tata cara orang sakit adalah hendaknya orang sakit berusaha sebisa mungkin menepati tata cara shalat dalam keadaan sempurna, jika tidak mungkin maka mendekati sempurna. Allah Taโala berfirmanููุงุชูููููุง ุงูููููู ู ูุง ุงุณูุชูุทูุนูุชูู ูโMaka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmuโ QS. At Taghabun 16.Nabi Shallallahuโalahi Wasallam bersabdaุณุฏููุฏูุง ููุงุฑูุจูุงโBerbuat luruslah, atau jika tidak mampu maka mendekati lurusโ HR. Bukhari no. 6467.Kaidah fikih yang disepakati ulamaู ุง ูุง ูุฏุฑู ููู ูุง ูุชุฑู ูููโSesuatu yang tidak bisa digapai semuanya, maka tidak ditinggalkan semuanyaโBerikut ini tata cara shalat bagi orang yang kami ringkaskan dari penjelasan Syaikh Saโad bin Turki Al-Khatslan[4] dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin [5]1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiriOrang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan ketentuan sebagai berikutYang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih banyak dari ketika tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud seperti Tata cara shalat orang yang tidak mampu dudukOrang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalatnya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macama. ala janbin berbaring menyampingIni yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranyaBerbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah mustalqiyan telentangJika tidak mampu berbaring ala janbin, maka mustalqiyan. Tata caranyaBerbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya lumpuh totalJika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam semoga Allah Taโala senantiasa memberikan afiyah dan salamah kepada pembaca sekalian, dan semoga Allah senantiasa menolong kita untuk tetap dapat beribadah dalam kondisi sakit. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru juga Macam-macam Doa IftitahโPenulis Yulian Purnama Artikel kaki[1] Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 15/229, Asy Syamilah[3] Video youtube Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 15/229, Asy Syamilah