BismillahirrahmannirrahimAssalamualaikum,Video TABLIGH AKBAR Pemerintah Kota Jambi "Mewujudkan Kota Jambi "Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur" di Lapanga
ORANG yang sakit tidak sama dengan yang sehat. Semua harus berusaha melaksanakan kewajibannya menurut kemampuan masing-masing. Sehingga nampaklah keindahan syariโ€™at dan kemudahannya. Satu hal yang pasti, orang sakit pun tetap dikenai kewajiban shalat. Bagaimana tata cara shalat orang sakit? Sebelum mengetahui tata cara sholat, diantara hukum-hukumyang berhubungan dengan orang sakit dalam ibadah sholatnya adalah diperbolehkan baginya untuk men-jamaโ€™ menggabung antara shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya baik dengan jamaโ€™ taqdim atau taโ€™khir. Hal ini melihat kepada yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijamaโ€™ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas radhiallahu anhuma yang menyatakan BACA JUGA 2 Waktu Shalat Dhuha yang Terlarang, Perhatikan โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjamaโ€™ antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isyaโ€™ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata Aku bertanya kepada Ibnu Abas radhiallahu anhuma Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau radhiallahu anhuma menjawab Agar tidak menyusahkan umatnya,โ€ HR. Muslim no. 705 Tata cara sholat orang sakit Dan kemudahan itu adalah mengetahui tata cara shalat orang yang sakit sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan penjelasan para ulama. Foto Freepik 1-Tata cara sholat orang sakit Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya. 2-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu rukuโ€™ atau sujud tetap tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa rukuk maka menunduk untuk rukuk. Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya, Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin. 3-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan duduk. 4-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Foto Freepik Hal ini dilakukan dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrรขn bin al-Hushain โ€œShalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah,โ€ HR. Al-Bukhari. No. 1117. BACA JUGA 8 Hal yang Harus Dilakukan Saat Kita Sakit 5-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat. 6-Tata cara sholat orang sakit Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya tersebut. 7-Tata cara sholat orang sakit Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat. []
TilamUdara Angin Untuk Orang Sakit. Jika berkemampuan bolehlah disediakan katil boleh laras dan tilam bersama lapik ripple matress yang bagus untuk pesakit strok atau angin ahmar yang terlantar. Penggunaan tilam khas bagi pesakit terlantar sangat penting kerana fungsinya yang dapat mengurangkan risiko terjadinya ulser tekanan.
Pembaca SHALAT MENGGUNAKAN PAMPERS Dari UMI YAYAT. Mau tanya tentang sholat orang yang sakit yang menggunakan pempes? Jawaban Waalaikumussalamu warahmatullahi wabarakatuh. Kondisi seperti ini yang mana seseorang selalu mengeluarkan najis dari dalam dirinya dengan tanpa kontrol dan kondisi lain seperti orang yang selalu buang angin terus-terusan atau buang air terus-terusan dan lainnya, dianalogikan dengan kondisi wanita yang sedang istihadhah. Nabi bersabda โ€œJangan kamu tinggalkan shalat, istihadah ini adalah urat. Akan tetapi hendaknya kamu tinggalkan shalat sesuai jumlah hari di masa haidh. Lalu mandi dan shalatlah.โ€ [HR Bukhari] Maka wanita istihadhah membersihkan darahnya lalu meletakkan secarik kain atau pembalut di kemaluannya lalu ia wudhu setiap kali akan shalat. Demikian pula orang yang selalu memakai kateter atau pampers karena sakit. Ia bersihkan najis lalu pakai pampers yang suci dan wudhu setiap kali akan shalat. Satu wudhu untuk satu shalat. Jika penggunaan air dilarang oleh dokter maka ia tayammum. Dan orang yang sakit parah diperkenankan menjamak shalatnya. Sebagian ulama berkata โ€œJika air kencing keluar terus menerus maka setiap kali kencing terkumpul di kateter/pampers dan bocor, maka ia wudhu tiap kali masuk waktu shalat dan menyumbat dengan sesuatu di kemaluannya lalu ia shalat dan tidak mengapa jika masih ada air kencing yang keluar.โ€
Sedangkankedua orang tuanya, istrinya, anak pertamanya dan satu keponakan lainnya dinyatakan negatif Covid-19. "Yang lainnya negatif. Terus bapak saya karena dapat kabar negatif itu, karena dia marbot mushola juga, shalat subuh lah ini bapak saya, shalat subuh udah adzan sama qomat tinggal shalat, bapak saya ditinggalin sendirian di mushola.

Soal Ibu saya sudah menopause dan qadarullah terkena stroke shg beliau harus mengenakan diaper pampers. Yang ingin saya tanyakan bagaimanakah bila akan melakukan shalat? Harus kah mengganti diaper di setiap akan wudhu atau boleh kah tdk menggantinya mengingat harganya afwan yg tidak murah. Jawab Diantara syarat sholat adalah menghilangkan najis dari badan, pakaian dan tempat sholat. Terkait dengan kondisi ibu anda, semoga Alloh senantiasa menjaga dan memberikan taufiq yang kondisinya sudah BAB dan BAK di atas kasur menggunakan diapers, apabila datang waktu sholat, wajib bagi ibu anda untuk beristinja dan berwudhu dan mengganti diapers dengan yang suci. Terkait dengan beban karena harga diapers yang relative mahal kita sarankan untuk dibuatkan kain semisal diapers yang bisa dicuci dan digunakan berkali-kali. Semoga Alloh senantiasa memberikan kemudahan dan kesabaran kepada anda. Gunakanlah kesempatan untuk berbakti kepada ibu, sungguh ini adalah amalan mulia, dan ketahuilah tidak akan sia sia sedikitpun apa yg anda keluarkan berupa waktu, tenaga dan harta untuk berkhidmah kepada ibu. Wabillahittaufiq.

Sbblama aku pakai kan mak aku pampers. Hahahaha. Dan pasal kecil hati dgn abang aku tu.. Hmm. Ada sekali tu. Abang aku call dr Bahrain. Aku diam, aku tak nak bercakap. Aku mmg membatu. Mak aku tegur "syg ok? " syg meh la bercakap dgn mak" aku diam jer. Kebetulan aku baru lps solat, aku pon sambung jer zikir. Tup2, suara mak aku jadi lain.

Hukum Menggendong Anak Yang Menggunakan Pampers Tatkala Shalat Menggendong anak yang menggunakan pampers tatkala shalat tidak keluar dari beberapa keadaan Pertama Diketahui bahwa anak ini dalam keadaan suci tidak buang air di pampers tatkala kita shalat. Maka sepakat para ulama bahwa tidak mengapa menggendongnya dan shalat tetap sah, hanya saja sebagian ulama memandang hukumnya makruh karena takut menyibukannya dalam shalat[1] Kedua Tidak diketahui, apakah dalam keadaan suci ataukah tidak. Maka ini hukum asalnya tidak mengapa menggendongnya karena asalnya tidak ada najis[2] Ketiga Diketahui bahwa sedang ada najis di dalam pampers anak tersebut. Dan najis tersebut tidak keluar mengenai baju orang yang shalat karena terhalangi oleh pampers. Najis di dalam pampers lebih tepat kita analogikan dengan najis yang diletakan di dalam botol. Permasalahan ini persis dengan hukum seseorang yang ingin pergi ke dokter sambil membawa sample air seninya di botol, lalu ia letakan di kantongnya. Maka apabila ia shalat sambil membawa botol tersebut yang tertutup rapat di kantung bajunya, apakah shalatnya sah atau tidak?. Maka ada dua pendapat di kalangan para ulama Pendapat pertama jumhur Ulama Tidak sah shalat orang yang membawa najis yang tidak mengenainya apabila najis tersebut bukan pada tempat asalnya. Apabila najis tersebut berada di tempat asalnya dalam hal bayi/manusia, asal tempat najisnya adalah di dalam perutnya, maka tetap sah shalatnya. Ini adalah madzhab mayoritas ulama dari kalangan Syafiโ€™i, Hanbali, Hanafi, dan Malikiyyah. [3] Contoh yang tidak berada di tempat asalnya najis yang diletakkan di dalam botol, lalu ia membawanya. Dalil-dalil Semua dalil yang dijadikan sandaran oleh ulama yang memilih pendapat ini adalah dalil-dalil yang memerintahkan untuk mensucikan pakaian dan lainnya. Seperti Firman Allah azza wa jalla ูˆูŽุซููŠูŽุงุจูŽูƒูŽ ููŽุทูŽู‡ู‘ูุฑู’ โ€œDan pakaianmu maka sucikanlahโ€. Hadits Asmaโ€™ binti Abu Bakr ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุตูŽุงุจูŽ ุฅูุญู’ุฏูŽุงูƒูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠู’ุถู ููŽู„ู’ุชูŽู‚ู’ุฑูุตู’ู‡ูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ู„ูุชูŽู†ู’ุถูŽุญู’ู‡ู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุงุกูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ู„ูุชูุตูŽู„ู‘ูยป โ€œApabila pakaian salah seorang dari kalian terkena darah, maka gosokkanlah kemudian percikkanlah dengan air, kemudian hendaklah ia shalat dengannyaโ€. [4] Hadits Ibnu Abbas ู…ูŽุฑู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจูู‚ูŽุจู’ุฑูŽูŠู’ู†ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽู‡ูู…ูŽุง ู„ูŽูŠูุนูŽุฐู‘ูŽุจูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูุนูŽุฐู‘ูŽุจูŽุงู†ู ูููŠ ูƒูŽุจููŠุฑูุŒ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ูŽุง ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุณู’ุชูŽุชูุฑู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุจูŽูˆู’ู„ูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุขุฎูŽุฑู ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุจูุงู„ู†ู‘ูŽู…ููŠู…ุฉ Suatu kali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda โ€œSungguh mereka berdua sedang diazab, mereka tidak diazab dengan dosa yang sangat besar, adapun yang salah satunya, dia tidak menjaga dirinya dari kencing, sedangkan yang satunya, dia diazab karena ia suka mengadu dombaโ€. [5] Najis yang ada pada benda tersebut botol atau pampers adalah najis yang diletakkan, maka ia menyerupai najis yang tampak di luar. [6] Orang yang membawa najis tersebut belum bisa dikatakan telah mensucikan dirinya dari najis secara total. Pendapat Kedua Pendapat sebagian ulama Syafiรญyah Shalatnya tetap sah, karena najisnya tidak mengenai baju orang yang sedang shalat, dan juga tidak mengenai tempat orang yang sedang shalat. Maka hukumnya sama dengan najis yang masih tertutup dalam perut manusia. Berkata As-Syirozi ูˆุฅู† ุญู…ู„ ู‚ุงุฑูˆุฑุฉ ููŠู‡ุง ู†ุฌุงุณุฉ ูˆู‚ุฏ ุดุฏ ุฑุฃุณู‡ุง ูููŠู‡ ูˆุฌู‡ุงู† ุฃุญุฏู‡ู…ุง ูŠุฌูˆุฒ โ€œJika seseorang membawa botol yang di dalamnya ada najis dan tertutup, maka di sana ada dua pendapat dari ulama Syafiโ€™iyyah, yang pertama adalah boleh shalatnya sahโ€. [7] Ibnu Qudamah berkata ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ูููŠู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŒ ู…ูŽุณู’ุฏููˆุฏูŽุฉู‹ุŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูุญู‘ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู. ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ู ู„ูŽุง ุชูŽูู’ุณูุฏู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ูุ› ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุฎู’ุฑูุฌู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุงุŒ ููŽู‡ููŠูŽ ูƒูŽุงู„ู’ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ู โ€œSeandainya seseorang membawa botol yang tertutup dan di dalamnya ada najis, maka tidak sah shalatnya. Menurut sebagian ulamaโ€™ Syafiโ€™iyyah tidak batal shalatnya, karena najis tersebut tidak keluar dan tidak mengenainya, sama seperti membawa hewan yang suciโ€. [8] Pendapat yang lebih kuat Jika seseorang mengetahui bahwasanya di pampers anaknya ada najis maka hendaknya ia tidak menggendong anak/bayi tersebut agar keluar dari perselisihan ulama, karena jumhur mayoritas ulama menyatakan shalatnya batal, karena dalam shalat diperintahkan untuk menjauhi najis. Akan tetapi jika ternyata dalam kondisi darurat anaknya menangis jika tidak digendong, maka tidak mengapa dan shalatnya tetap sah. Inilah yang difatwakan oleh Asy-Syaikh Abdul Muhsin az-Zaamil[9] dan asy-Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili[10] hafidzohumallahu. Hal ini dikuatkan dengan hadits Abu Qotadah al-Anshori, ia berkata ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุงู…ูู„ูŒ ุฃูู…ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุจูู†ู’ุชูŽ ุฒูŽูŠู’ู†ูŽุจูŽ ุจูู†ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ูˆูŽู„ูุฃูŽุจููŠ ุงู„ุนูŽุงุตู ุจู’ู†ู ุฑูŽุจููŠุนูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุดูŽู…ู’ุณู ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุญูŽู…ูŽู„ูŽู‡ูŽุงยป โ€œRasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari pernikahannya dengan Abul Ash bin Abdi Syams, apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sujud, maka beliau meletakkan Umamah, dan apabila beliau bangkit, beliau menggendongnya kembaliโ€. [11] Dan anak-anak atau bayi secara umum tidak aman untuk terbebaskan dari najis. Namun Nabi tidak mengecek terlebih dahulu dan tidak mengecek setelah shalat apakah keluar najis ketika sedang shalat atau tidak. Wallahu aโ€™lam. Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Imam Nawawi mengatakan ููŽุฅูุฐูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ู‹ุง ุทูŽุงู‡ูุฑู‹ุง ู„ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุธูŽุงู‡ูุฑูู‡ู ูููŠ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุตูŽุญู‘ูŽุชู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุจูู„ูŽุง ุฎูู„ูŽุงูู โ€œApabila seseorang membawa hewan yang suci di dalam shalat dan tidak ada najis di bagian luar hewan tersebut, maka shalatnya sah tanpa ada perselisihanโ€. Al-Majmuโ€™ Syarh Al Muhadzzab, Annawawi, 3/150 Maka begitu juga dengan membawa anak kecil yang suci dan tidak ada najis di bagian luarnya. Berkata imam Al Kasani ููŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ุตู‘ูŽุจููŠู‘ู ุจูุฏููˆู†ู ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุถูŽุงุนู ููŽู„ูŽุง ูŠููˆุฌูุจู ููŽุณูŽุงุฏูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูโ€ฆูˆูŽู…ูุซู’ู„ู ู‡ูŽุฐูŽุง ูููŠ ุฒูŽู…ูŽุงู†ูู†ูŽุง ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ู„ูŽุง ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ู„ููˆูŽุงุญูุฏู ู…ูู†ู‘ูŽุง ู„ูŽูˆู’ ููŽุนูŽู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุฉู ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูุฏููˆู†ู ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุฉู ููŽู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ูŒ. โ€œAdapun membawa anak kecil dan tidak sambil menyusuinya, maka tidak menyebabkan shalat tersebut batal โ€ฆ dan yang demikian itu di zaman sekarang juga tidak dibenci jika ada seseorang yang melakukannya karena kebutuhan, adapun jika tidak ada kebutuhan, maka yang demikian itu makruhโ€. Badaiโ€™ Shanaiโ€™, Al Kasani, 1/241-242 Berkata Imam Abdurrahman Ibnu Qudamah Al Maqdisi ูุฅู† ุญู…ู„ ุญูŠูˆุงู†ุงู‹ ุทุงู‡ุฑุงู‹ ุฃูˆ ุตุจูŠุงู‹ ู„ู… ุชุจุทู„ ุตู„ุงุชู‡ โ€œSeandainya ia membawa hewan yang suci atau anak kecil, maka tidak batal shalatnyaโ€. As-Syarh Al Kabir, Abdurrahman Ibnu Qudamah, 1/475 Berkata Imam Burhanuuddin Mahmud Al Bukhari -madzhab Hanafi- ูˆูƒุฐุง ูŠูƒุฑู‡ ุญู…ู„ ุงู„ุตุจูŠ ููŠ ุญุงู„ุฉ ุงู„ุตู„ุงุฉุ› ู„ุฃู†ู‡ ูŠุดุบู„ู‡ ุนู† ุงู„ุตู„ุงุฉุŒ โ€œdan begitu juga dibenci makruh untuk membawa anak kecil tatkala shalat, karena ia akan mengganggu shalatnyaโ€. Al Muhith Al Burhani, Burhanuddin Mahmud bin Ahmad Al Bukhari, 1/379 [2] Masalah ini terbagi menjadi dua kondisi Kondisi Pertama Jika tidak diketahui kapan najis itu ada, apakah di tengah-tengah shalat ataukah setelah shalat, maka shalatnya sah. Alasannya karena tidak diketahui kapan najis itu ada dan pada asalnya shalat yang ia lakukan sah dan najisnya dianggap ada setelah shalat, kemudian keraguan tidak bisa dijadikan sandaran untuk mengatakan shalatnya tidak sah. Berkata As-Syirozi ุฅุฐูŽุง ููŽุฑูŽุบูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุซูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุฃูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽูˆู’ุจูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุจูŽุฏูŽู†ูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽูˆู’ุถูุนู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู‹ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู…ูŽุนู’ูููˆู‘ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ู†ูุธูุฑูŽุชู’ ููŽุฅูู†ู’ ุฌูŽูˆู‘ูŽุฒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽูƒููˆู†ูŽ ุญูŽุฏูŽุซูŽุชู’ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ููŽุฑูŽุงุบู ู…ูู†ู’ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู„ู’ุฒูŽู…ู’ู‡ู ุงู„ู’ุฅูุนูŽุงุฏูŽุฉู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูƒูู†ู’ ูููŠ ุญูŽุงู„ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ููŽู„ูŽุง ุชูŽุฌูุจู ุงู„ู’ุฅูุนูŽุงุฏูŽุฉู ุจูุงู„ุดู‘ูŽูƒู‘ู โ€œJika seseorang selesai dari shalat, kemudian ia melihat pada pakaian, badannya atau tempat shalatnya ada najis yang tidak bisa dimaafkan, maka dilihat terlebih dahulu, jika ada kemungkinan najis itu ada setelah shalat, maka shalatnya sah dan tidak perlu mengulang, karena pada dasarnya najis itu ada bukan saat shalat, sehingga ia tidak wajib untuk mengulang hanya disebabkan ragu-raguโ€. Al-Muhadzzab, Assyirozi, 1/121 Berkata Al-Mardawi ูˆูŽู…ูŽุชูŽู‰ ูˆูŽุฌูŽุฏูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู‹ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู‡ูŽู„ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูุŒ ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุง ููŽุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุตูŽุญููŠุญูŽุฉูŒ โ€œKapanpun orang tersebut mendapati sesuatu yang najis, tetapi dia tidak bisa mengetahui, apakah najis itu ada di dalam shalat ataukah tidak, maka shalatnya sahโ€. Al-Inshof, Al Mardawi, 1/485 Dengan kata lain, asalnya seseorang yang memulai shalat dengan keadaan suci, dengan sepengetahuan dia, maka ia tetap dalam keadaan suci, kecuali jika ia yakin ada sesuatu yang merusak kesucian tersebut. Dalil akan hal ini bahwasanya Nabi shalat dalam kondisi menggendong cucu beliau Umaamah bintu Zainab. Abu Qotadah al-Anshoori berkata ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุงู…ูู„ูŒ ุฃูู…ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุจูู†ู’ุชูŽ ุฒูŽูŠู’ู†ูŽุจูŽ ุจูู†ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ูˆูŽู„ูุฃูŽุจููŠ ุงู„ุนูŽุงุตู ุจู’ู†ู ุฑูŽุจููŠุนูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุดูŽู…ู’ุณู ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุญูŽู…ูŽู„ูŽู‡ูŽุง โ€œBahwa Rasulullah shallallahu รกlaihi wasallam shalat sambil menggendong Umaamah putri Zainab binti Rasulullah shallallahu รกlaih waslalam dan Abul รash bin Robiรกh bin Abdi Syams. Jika Nabi sujud maka Nabi meletakannya, dan jika Nabi berdiri maka menggendongnyaโ€ HR Al-Bukhari no 516 dan Muslim no 543 Dan tentu Nabi tidak mengetahui apakah Umaamah sedang mengeluarkan najis atau tidak. Kondisi Kedua Jika najis tersebut tidak mungkin ada kecuali saat shalat, tetapi dia tidak mengetahuinya kecuali setelah shalat, maka ulama berselisih menjadi dua pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalatnya batal Ini adalah qoul jadid dari Imam Syafiโ€™i dan riwayat kedua dari Imam Ahmad. Al-Mawardi mengatakan bahwa ini adalah pendapat yang muโ€™tamad. Lihat Al Mughni, Ibnu Qudamah, 2/49-50. Alasan mereka adalah karena termasuk syarat sah shalat adalah suci dari hadats dan najis dan tidak ada maaf sekalipun jika ia lupa. Akan tetapi yang benar shalatnya tetap sah. Ini adalah pendapat kebanyakan ulama belakangan dalam madzhab Hanbali dan qoul qodim dari Imam Syafiโ€™.Lihat Al Muhadzzab 1/121 dan Al Inshof 1/486 Dalil mereka adalah riwayat ุจูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุจูุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุฅูุฐู’ ุฎูŽู„ูŽุนูŽ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูู…ูŽุง ุนูŽู†ู’ ูŠูŽุณูŽุงุฑูู‡ูุŒ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูˆู’ุง ู†ูุนูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ุŒ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู‚ูŽุถูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูŽู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ูŽูƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅูู„ู’ู‚ูŽุงุกู ู†ูุนูŽุงู„ููƒูู…ู’ยปุŒ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูŠู’ุชูŽ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ููŽุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู†ูุนูŽุงู„ูŽู†ูŽุงุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ โ€ ุฅูู†ู‘ูŽ ุฌูุจู’ุฑููŠู„ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠ ููŽุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ููŠ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ูููŠู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุฐูŽุฑู‹ุง โ€“ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุฐู‹ู‰ โ€“ โ€œ โ€œPernah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau melepas sandal dan meletakkannya di sebelah kiri, tatkala para sahabat melihat perbuatan beliau, mereka pun ikut melepas sandal-sandal mereka. Selesai shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya โ€œApa yang menyebabkan kalian melepas sandal-sandal kalian?โ€ para sahabat menjawab โ€œKami melihat engkau melepas sandal, maka kami pun ikut melepas sandalโ€ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan โ€œTadi Jibril datang dan mengabarkan padaku bahwa ada najis di sandalkuโ€โ€. HR. Abu Dawud No. 650 Segi pendalilan Shalat adalah ibadah yang tidak terpisah-pisah, jika tidak sah pada awalnya, maka tidak sah juga akhirnya. Sekiranya itu membatalkan, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan mengulang shalat dari awal lagi, dan tentunya tidak ada beda, apakah beliau tahu di tengah-tengah shalat atau setelah shalat. Dan Allah azza wa jalla telah memaafkan hamba-hambanya karena lupa, tidak tahu dan terpaksa. Maka jika ia shalat dengan membawa najis karena tidak tahu, shalatnya tetap sah.Lihat Al Muhadzzab 1/121 dan Al Inshof 1/486 [3] Berkata Ibnu Abidin -madzhab Hanafi- ู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ู…ูŽุถู’ู…ููˆู…ูŽุฉู‹ ูููŠู‡ูŽุง ุจูŽูˆู’ู„ูŒ ููŽู„ูŽุง ุชูŽุฌููˆุฒู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽุนู’ุฏูู†ูู‡ู โ€œSeandainya ia membawa botol yang berisi air kencing, maka shalatnya tidak sah, karena kencing tersebut bukan pada tempat asalnyaโ€. Hasyiyah Ibnu Abidin, 1/403 Berkata Nawawi -madzhab Syafiโ€™i- ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ู…ูุตูŽู…ู‘ูŽู…ูŽุฉูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฃู’ุณู ุจูุฑูŽุตูŽุงุตู ุฃูŽูˆู’ ู†ูŽุญู’ูˆูู‡ูุŒ ูˆูŽูููŠู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŒุŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูุญู‘ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽุญููŠุญู. โ€œSeandainya seseorang membawa botol tertutup dengan sesuatu, di dalamnya terdapat sesuatu yang najis, maka tidak sah shalatnya menurut pendapat yang muโ€™tamad dalam madzhabโ€. Raudhoh Thalibin, Nawawi, 1/279 Berkata Al Mawardi -madzhab Hanbali- ู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ูููŠู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŒ ุฃูŽูˆู’ ุขุฌูุฑู‘ูŽุฉู‹ ุจูŽุงุทูู†ูู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูุณูŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูุญู‘ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู. โ€œSeandainya seseorang membawa botol, di dalamnya terdapat sesuatu yang najis atau gumpalan tanah yang di bagian dalamnya ada najis, maka tidak sah shalatnyaโ€. Al-Inshaf, Al Mawardi, 1/488 Berkata Kholil bin Ishaq -madzhab Maliki- ูˆุฃูˆู„ู‰ ู…ู† ุชุนู„ู‚ู‡ ุญู…ู„ู‡ ุฃูˆ ุฑูƒูˆุจ ุงู„ุตุจูŠ ุนู„ูŠู‡ ูˆุบู„ุจ ุนู„ู‰ ุธู†ู‡ ู†ุฌุงุณุฉ ุซูŠุงุจู‡ ูุชุจุทู„ ูˆุฅู† ู„ู… ูŠู…ุงุณ ุงู„ู†ุฌุงุณุฉ ูƒุญู…ู„ู‡ ู†ุนู„ู‡ ุงู„ู…ุชู†ุฌุณ โ€œLebih parah lagi apabila anak tersebut menempel padanya, dengan menggendongnya, atau anak itu menaikinya, sedangkan prasangka kuat baju anak itu najis menurut, maka shalatnya batal, meskipun najis tersebut tidak mengenainya, sama seperti orang yang membawa sandalnya yang terkena najisโ€. Syarh Azzurqoni Ala Mukhtashor Al kholil, 1/71 [4] HR. Abu Dawud 361, Nasaโ€™i 138. [5] HR. Bukhari 218, Muslim 292. [6] Al Hawi Al Kabir, Al Mawardi, 2/265 [7] Al Muhadzzab, Assyirozi, 1/119 [8] Al Mughni, Ibnu Qudamah, 2/51 [9] Lihat [10] Lihat [11] HR. Bukhari No. 526, dan Muslim No. 543.
Sebaborang-orang yang kesana tuh kesannya cuma mengagumi keindahan masjidnya saja.Itu masjid kan cuma bikinan manusia kok ada yang ampe terkagum2 sampe ada yang mrinding, bergetar segala macam.Kalau emang mau shalat kan banyak masjid, ga usah jauh2 ke Depok.Jangan2 yang ngebangun masjid ini cuma buat cari sensasi aja. Mana dilapis emas emas

Illustrasi via iStockphoto โ€” Cara Sholat Orang sakit dan Tidak Bisa Lepas dari Pampers ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡ Ustadz, saya mau bertanya. Ayah saya sudah sakit sekitar 1 tahun lebih. Beliau sudah periksa kedokteran, dan hasilnya hanya dinyatakan bahwa beliu sakit asam urat dan kolesterol. Keluhan beliau, kalau menyentuh air dinginnya terasa sampai ke tulang. Beliau telah meninggalkan sholat selama setahun lebih juga, karena banyak alasan. Yaitu, gak bisa menyentuh air, gak bisa tayammum, dan beliau juga pakai pampers karena buang air besar dan buang air kecil keluar sendiri. Yang ingin saya tanyakan Apakah harus ganti pampers setiap akan mengerjakan shalat? Karena takut terkena najis. Bagaimana sikap saya terhadap orang tua saya ketika beliau seperti itu? Disuruh beribadahnya banyak alasan. Syukron, Ustadz. Salam, Fulanah JAWAB ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡ Setiap Muslim diberikan kewajiban untuk melaksanakan sholat selagi hayat masih di kandung badan. Selama napas masih berjalan, maka kewajiban sholat mesti ditunaikan. Namun, memang tata cara pelaksanaan sholat itu mengikuti keadaan dan kondisi orang yang mengerjakannya. Nah, bagi pasien yang menggunakan pampers hendaklah menggantinya setiap kali akan melaksanakan sholat, jikalau pampersnya bernajis. Pelaksanaan sholat ketika sakit memang memerlukan usaha yang lebih. Maka sholat bagi pasien ataupun yang sakit parah, sehingga menggunakan pampers, dibolehkan untuk menjamaโ€™ sholatnya. Sehingga, penggunaan dan penggantian pampers dalam satu hari cukup hanya dua kali saja, tidak mesti sampai lima kali. Bagaimana cara melakukannya? Contoh, setelah penggantian pampers pertama dilakukan, maka pasien melaksanakan sholat Zuhur dan Ashar yang dilakukan dengan jamaโ€™ taโ€™khir. Sholatnya tersebut dilaksanakan di akhir waktu Ashar menjelang waktu Maghrib. Kemudian, setelah sholat Zuhur dan Ashar tadi, ia dapat langsung melaksanakan sholat Maghrib dan Isya dengan cara jamaโ€™ taqdim. Itu cara sholat dan penggantian pampers pertama. Penggantian pampers yang kedua dilakukan ketika waktu Subuh. Jadi, cara seperti ini memudahkan orang yang sakit agar tidak mengganti pampers berulang-ulang. Cukup hanya dua kali. Kemudian mengenai tanggung jawab merawat yang sakit adalah merupakan tanggung jawab keluarga atau yang ditugaskan. Maka siapa yang mendapat jatah menjaga, hendaklah memperhatikan dan selalu mengingatkan dengan lemah lembut setiap tiba waktunya sholat. Jikalau masih beralasan dan sebagainya, hendaklah didoakan dan terus diberikan kebaikan dan nasehat yang baik kepada yang sakit. Wallรขhu aโ€™lam bish-showรขb. ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡ [Dijawab oleh Ustadz Fauzan Akbar Daulay] .. SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHKNews] Read Next 2 hari lalu Berkurban pada Yaumun Nahr 4 hari lalu Doa dan Zikir di Arafah 4 hari lalu Tata Cara Wukuf dalam Ibadah Haji 5 hari lalu Waktu dan Tempat Wukuf di Arafah

Solatadalah tunjang dan lambang yang menjadi penenang jiwa, penghibur hati dan penghubung antara hamba dengan Allah S.W.T. Islam tidak menjadikan sakit sebagai alasan untuk membolehkan seseorang tidak menunaikan solat melainkan jika sakit itu menyebabkan seseorang berada pada tahap di luar dari paras kesedaran. Rasulullah s.a.w bersabda: Agama Islam penuh dengan kemudahan. Semua yang diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba. Allah Taโ€™ala berfirmanููŽุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุทูŽุนู’ุชูู…ู’โ€œMaka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmuโ€ QS. At Taghabun 16.Termasuk dalam ibadah shalat, ibadah yang paling agung dalam Islam. Terdapat banyak kemudahan dan keringanan di dalamnya. Dalam kesempatan kali ini akan dibahas mengenai kemudahan dan keringanan shalat bagi orang Yang Sakit Tetap Wajib ShalatKeringanan-Keringanan Bagi Orang Yang SakitTata Cara Shalat Bagi Orang SakitOrang Yang Sakit Tetap Wajib ShalatShalat diwajibkan kepada semua Muslim yang baligh dan berakal. Merekalah mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk meninggalkan shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum baligh dan orang yang tidak berakal. Rasulullah Shallallahuโ€™alaihi Wasallam bersabdaุฑููุนูŽ ุงู„ู‚ู„ู…ู ุนู† ุซู„ุงุซุฉู ุนู† ุงู„ู†ุงุฆู…ู ุญุชู‰ ูŠุณุชูŠู‚ุธูŽ ุŒ ูˆุนู† ุงู„ุตุจูŠู‘ู ุญุชู‰ ูŠุญุชู„ู…ูŽ ุŒ ูˆุนู† ุงู„ู…ุฌู†ูˆู†ู ุญุชู‰ ูŠุนู‚ูู„ูŽโ€œPena catatan amal diangkat dari tiga jenis orang orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila hingga ia berakalโ€ HR. An Nasa-i no. 7307, Abu Daud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jamiโ€™ no. 3513.Demikian juga yang dibolehkan untuk meninggalkan shalat adalah wanita haid dan nifas. Ibunda Aisyah radhiallahuโ€™anha pernah ditanya,ุฃูŽุชูŽุฌู’ุฒูู‰ ุฅูุญู’ุฏูŽุงู†ูŽุง ุตูŽู„ุงูŽุชูŽู‡ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ุทูŽู‡ูุฑูŽุชู’ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุฃูŽุญูŽุฑููˆุฑููŠู‘ูŽุฉูŒ ุฃูŽู†ู’ุชู ูƒูู†ู‘ูŽุง ู†ูŽุญููŠุถู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ููŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑูู†ูŽุง ุจูู‡ูโ€œApakah kami perlu mengganti shalat kami ketika sudah suci?โ€ Aisyah menjawab, โ€œApakah engkau seorang wanita Haruriyah Khawarij? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahualaihi wasallam, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk menggantinyaโ€ HR. Al Bukhari no. 321.Ummu Salamah radhiallahuโ€™anha juga mengatakanูƒุงู†ุช ุงู„ู†ูุณุงุก ุชุฌู„ุณ ุนู„ู‰ ุนู‡ุฏ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃุฑุจุนูŠู† ูŠูˆู…ุงโ€œDahulu wanita yang sedang nifas di masa Rasulullah Shallallahuโ€™alaihi Wasallam duduk tidak shalat selama 40 hariโ€ HR. Ibnu Majah no. 530, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.Maka kita lihat ternyata orang sakit tidak dikecualikan. Sehingga tidak ada udzur untuk meninggalkan shalat selama ia baligh, berakal, tidak haid, dan tidak Bagi Orang Yang Sakit1. Dibolehkan untuk tidak shalat berjamaah di masjidShalat berjamaโ€™ah wajib bagi lelaki. Namun dibolehkan bagi lelaki untuk tidak menghadiri shalat jamaโ€™ah di masjid lalu ia shalat di rumahnya jika ada masyaqqah kesulitan seperti sakit, hujan, adanya angin, udara sangat dingin atau Ibnu Umar radhiallahuโ€™anhumaูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ู…ูุคูŽุฐู‘ูู†ู‹ุง ูŠูุคูŽุฐู‘ูู†ู ุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅูุซู’ุฑูู‡ู โ€โ€ โ€ ุฃูŽู„ูŽุง ุตูŽู„ู‘ููˆุง ูููŠ โ€โ€ุงู„ุฑู‘ูุญูŽุงู„ู โ€โ€ ูููŠ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽุงุฑูุฏูŽุฉู ุฃูŽูˆู’ ุงู„ู’ู…ูŽุทููŠุฑูŽุฉู ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽููŽุฑูโ€œDahulu Nabi memerintahkan muadzin beradzan lalu di akhirnya ditambahkan lafadz /shalluu fii rihaalikum/ shalatlah di rumah-rumah kalian ketika malam sangat dingin atau hujan dalam safarโ€ HR. Bukhari no. 616, Muslim no. 699.Dari Jabir bin Abdillah radhiallahuโ€™anhu, ia berkataุฎุฑุฌู†ุง ู…ุน ุฑุณูˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ู ูˆุณู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŠ ุณูุฑู . ูู…ูุทูุฑู’ู†ุง . ูู‚ุงู„โ€ ู„ูŠูุตู„ู‘ู ู…ู† ุดุงุก ู…ู†ูƒู… ููŠ ุฑูŽุญู’ู„ูู‡โ€œโ€œKami pernah safar bersama Rasulullah Shallallahuโ€™alaihi Wasallam, lalu turunlah hujan. Beliau besabda bagi kalian yang ingin shalat di rumah dipersilakanโ€ HR. Muslim no. 698.Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskanุตู„ูˆุง ููŠ ุจูŠูˆุชูƒู… ุฅุฐุง ูƒุงู† ููŠู‡ ู…ุดู‚ุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุงุณ ู…ู† ุฌู‡ุฉ ุงู„ู…ุทุฑ ุฃูˆ ุงู„ุฒู„ู‚ ููŠ ุงู„ุฃุณูˆุงู‚โ€œShalatlah di rumah-rumah kalian, maksudnya jika ada masyaqqah kesulitan yang dirasakan orang-orang, semisal karena hujan, atau jalan yang licin.โ€[1]Dan kondisi sakit terkadang menimbulkan masyaqqah untuk pergi ke masjid. Nabi Shallallahuโ€™alaihi Wasallam pun ketika beliau sakit parah, beliau tidak shalat di masjid, padahal beliau yang biasa mengimami orang-orang. Beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menggantikan posisi beliau sebagai imam. Aisyah radhiallahuโ€™anha berkataุฃู† ุฑุณูˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู‘ูŽู… ู‚ุงู„ ููŠ ู…ุฑูŽุถูู‡ ู…ูุฑูˆุง ุฃุจุง ุจูƒุฑู ูŠุตู„ู‘ููŠ ุจุงู„ู†ุงุณู โ€œRasulullah Shallallahuโ€™alaihi Wasallam ketika sakit beliau bersabda perintahkan Abu Bakar untuk shalat mengimami orang-orangโ€ HR. Bukhari no. 7303.Ibnu Abbas radhiallahuโ€™anhu mengatakanู„ู‚ุฏ ุฑูŽุฃูŠุชูู†ุง ูˆู…ุง ูŠุชุฎู„ู‘ูŽูู ุนู† ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงุฉู ุฅู„ุง ู…ู†ุงูู‚ูŒ ู‚ุฏ ุนูู„ูู…ูŽ ู†ูุงู‚ูู‡ู ุฃูˆ ู…ุฑูŠุถูŒโ€œAku melihat bahwa kami para sahabat memandang orang yang tidak shalat berjamaโ€™ah sebagai orang munafik, atau sedang sakitโ€ HR. Muslim no. 654.Dalil-dalil ini menunjukkan bolehnya orang yang sakit untuk tidak menghadiri shalat jamaโ€™ Dibolehkan menjamak shalatMenjamak shalat dibolehkan secara umum ketika ada masyaqqah kesulitan. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahuโ€™anhu beliau mengatakanุฌู…ุน ุฑุณูˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจูŠู† ุงู„ุธู‡ุฑู ูˆุงู„ุนุตุฑู ุŒ ูˆุงู„ู…ุบุฑุจู ูˆุงู„ุนุดุงุกู ุจุงู„ู…ุฏูŠู†ุฉู ู…ู† ุบูŠุฑู ุฎูˆูู ูˆู„ุง ู…ุทุฑูโ€œRasulullah Shallallahuโ€™alaihi Wasallam menjamak shalat Zhuhur dan shalat Ashar, dan menjamak shalat Maghrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujanโ€ HR. Muslim no. 705.Para ulama mengatakan alasan Nabi Shallallahuโ€™alaihi Wasallam menjamak karena ada masyaqqah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakanูˆุงู„ู‚ุตุฑ ุณุจุจู‡ ุงู„ุณูุฑ ุฎุงุตุฉ ุŒ ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ููŠ ุบูŠุฑ ุงู„ุณูุฑ. ูˆุฃู…ุง ุงู„ุฌู…ุน ูุณุจุจู‡ ุงู„ุญุงุฌุฉ ูˆุงู„ุนุฐุฑโ€œDibolehkannya men-qashar shalat hanya ketika safar secara khusus, tidak boleh dilakukan pada selain safar. Adapun menjamak shalat, dibolehkan ketika ada kebutuhan dan udzurโ€ Majmuโ€™ Al Fatawa, 22/293.Maka, orang yang sakit jika sakitnya membuat ia kesulitan untuk shalat pada waktunya masing-masing, dibolehkan baginya untuk menjamak Dibolehkan shalat sambil duduk jika tidak mampu berdiri4. Dibolehkan shalat sambil berbaring jika tidak mampu dudukJika orang yang sakit masih sanggup berdiri tanpa kesulitan, maka waijb baginya untuk berdiri. Karena berdiri adalah rukun shalat. Shalat menjadi tidak sah jika ditinggalkan. Dalil bahwa berdiri adalah rukun shalat adalah hadits yang dikenal sebagai hadits al musiโ€™ shalatuhu, yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat, hingga setelah ia shalat Nabi bersabda kepadanyaุงุฑุฌูุนู’ ููŽุตูŽู„ูู‘ ูุฅู†ูƒ ู„ู… ุชูุตู„ูู‘โ€œUlangi lagi, karena engkau belum shalatโ€Menunjukkan shalat yang ia lakukan tidak sah sehingga tidak teranggap sudah menunaikan shalat. Kemudian Nabi Shallallahuโ€™alaihi Wasallam mengajarkan shalat yang benar kepadanya dengan bersabdaุฅุฐุง ู‚ูู…ุชูŽ ุฅู„ู‰ ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงุฉู ูุฃุณู’ุจูุบ ุงู„ูˆูุถููˆุกูŽุŒ ุซู… ุงุณู’ุชู‚ุจู„ ุงู„ู‚ูุจู’ู„ุฉูŽ ููƒุจูู‘ุฑโ€ฆโ€œJika engkau berdiri untuk shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan bertakbirlahโ€ฆโ€ HR. Bukhari 757, Muslim 397.Namun jika orang yang sakit kesulitan untuk berdiri dibolehkan baginya untuk shalat sambil duduk, dan jika kesulitan untuk duduk maka sambil berbaring. Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, beliau mengatakanูƒุงู†ุชู’ ุจูŠ ุจูŽูˆุงุณูŠุฑู ุŒ ูุณุฃูŽู„ุชู ุงู„ู†ุจูŠู‘ูŽ ุตู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู‘ูŽู… ุนู†ู ุงู„ุตู„ุงุฉู ุŒ ูู‚ุงู„ ุตูŽู„ู‘ู ู‚ุงุฆู…ู‹ุง ุŒ ูุฅู† ู„ู… ุชุณุชูŽุทูุน ูู‚ุงุนุฏู‹ุง ุŒ ูุฅู† ู„ู… ุชุณุชูŽุทูุนู’ ูุนู„ู‰ ุฌูŽู†ุจูโ€œAku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi Shallallahuโ€™alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring menyampingโ€ HR. Al Bukhari, no. 1117.Dalam riwayat lain disebutkan tambahanูุฅู† ู„ู… ุชุณุชุทุน ูู…ุณุชู„ู‚ูŠุงู‹โ€œJika tidak mampu maka berbaring telentangโ€Tambahan riwayat ini dinisbatkan para ulama kepada An-Nasa`i namun tidak terdapat dalam Sunan An-Nasa`i. Namun para ulama mengamalkan tambahan ini, yaitu ketika orang sakit tidak mampu berbaring menyamping maka boleh berbaring Dibolehkan shalat semampunya jika kemampuan terbatasJika orang yang sakit sangat terbatas kemampuannya, seperti orang sakit yang hanya bisa berbaring tanpa bisa menggerakkan anggota tubuhnya, namun masih berisyarat dengan kepala, maka ia shalat dengan sekedar gerakan Jabir radhiallahuโ€™anhu beliau berkataุนุงุฏ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ู ูˆุณู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ุฑูŠุถู‹ุง ูุฑุขู‡ ูŠุตู„ูŠ ุนู„ู‰ ูˆุณุงุฏุฉู ุŒ ูุฃุฎุฐู‡ุง ูุฑู…ู‰ ุจู‡ุง ุŒ ูุฃุฎุฐ ุนูˆุฏู‹ุง ู„ูŠุตู„ูŠ ุนู„ูŠู‡ ุŒ ูุฃุฎุฐู‡ ูุฑู…ู‰ ุจู‡ ุŒ ูˆู‚ุงู„ ุตู„ู‘ู ุนู„ู‰ ุงู„ุฃุฑุถู ุฅู† ุงุณุชุทุนุช ุŒ ูˆุฅู„ุง ูุฃูˆู… ุฅูŠู…ุงุกู‹ ุŒ ูˆุงุฌุนู„ ุณุฌูˆุฏูŽูƒ ุฃุฎูุถูŽ ู…ู† ุฑูƒูˆุนููƒโ€œRasulullah Shallallahuโ€™alaihi Wasallam suatu kala menjenguk orang yang sedang sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang shalat di atas bantal. Kemudian Nabi mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu mengambil kayu dan shalat di atas kayu tersebut. Kemudian Nabi mengambil kayu tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda shalatlah di atas tanah jika kamu mampu, jika tidak mampu maka shalatlah dengan imaa` isyarat kepala. Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmuโ€œ HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 2/306, dishahihkan Al Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi, 78.Makna al-imaa` dalam Lisanul Arab disebutkanุงู„ุฅูŠู…ุงุกู ุงู„ุฅุดุงุฑุฉ ุจุงู„ุฃูŽุนู’ุถุงุก ูƒุงู„ุฑุฃู’ุณ ูˆุงู„ูŠุฏ ูˆุงู„ุนูŠู† ูˆุงู„ุญุงุฌุจโ€œAl-Imaa` artinya berisyarat dengan anggota tubuh seperti kepala, tangan, mata, dan alis.โ€Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin mengatakanูุฅู† ูƒุงู† ู„ุง ูŠุณุชุทูŠุน ุงู„ุฅูŠู…ุงุก ุจุฑุฃุณู‡ ููŠ ุงู„ุฑูƒูˆุน ูˆุงู„ุณุฌูˆุฏ ุฃุดุงุฑ ููŠ ุงู„ุณุฌูˆุฏ ุจุนูŠู†ู‡ุŒ ููŠุบู…ุถ ู‚ู„ูŠู„ุงู‹ ู„ู„ุฑูƒูˆุนุŒ ูˆูŠุบู…ุถ ุชุบู…ูŠุถุงู‹ ู„ู„ุณุฌูˆุฏโ€œJika orang yang sakit tidak sanggup berisyarat dengan kepala untuk rukuk dan sujud maka ia berisyarat dengan matanya. Ia mengedipkan matanya sedikit ketika rukuk dan mengedipkan lebih banyak ketika sujud.โ€ [2]6. Dibolehkan tidak menghadap kiblat jika tidak mampu dan tidak ada yang membantuMenghadap kiblat adalah syarat shalat. Orang yang sakit hendaknya berusaha tetap menghadap kiblat sebisa mungkin. Atau ia meminta bantuan orang yang ada disekitarnya untuk menghadapkan ia ke kiblat. Jika semua ini tidak memungkinkan, maka ada kelonggaran baginya untuk tidak menghadap kiblat. Syaikh Shalih Al-Fauzan menyatakanูˆุงู„ู…ุฑูŠุถ ุฅุฐุง ูƒุงู† ุนู„ู‰ ุงู„ุณุฑูŠุฑ ูุฅู†ู‡ ูŠุฌุจ ุฃู† ูŠุชุฌู‡ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุจู„ุฉ ุฅู…ุง ุจู†ูุณู‡ ุฅุฐุง ูƒุงู† ูŠุณุชุทูŠุน ุฃูˆ ุจุฃู† ูŠูˆุฌู‡ู‡ ุฃุญุฏ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุจู„ุฉุŒ ูุฅุฐุง ู„ู… ูŠุณุชุทุน ุงุณุชู‚ุจุงู„ ุงู„ู‚ุจู„ุฉ ูˆู„ูŠุณ ุนู†ุฏู‡ ู…ู† ูŠุนูŠู†ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ุชูˆุฌู‡ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุจู„ุฉุŒ ูŠุฎุดู‰ ู…ู† ุฎุฑูˆุฌ ูˆู‚ุช ุงู„ุตู„ุงุฉ ูุฅู†ู‡ ูŠุตู„ูŠ ุนู„ู‰ ุญุณุจ ุญุงู„ู‡โ€œOrang yang sakit jika ia berada di atas tempat tidur, maka ia tetap wajib menghadap kiblat. Baik menghadap sendiri jika ia mampu atau pun dihadapkan oleh orang lain. Jika ia tidak mampu menghadap kiblat, dan tidak ada orang yang membantunya untuk menghadap kiblat, dan ia khawatir waktu shalat akan habis, maka hendaknya ia shalat sebagaimana sesuai keadaannyaโ€[3]Orang yang sakit tentunya memiliki keadaan yang beragam dan bervariasi, sehingga tidak memungkinkan kami merinci tata cara shalat untuk semua keadaan yang mungkin terjadi pada orang sakit. Namun prinsip dasar dalam memahami tata cara orang sakit adalah hendaknya orang sakit berusaha sebisa mungkin menepati tata cara shalat dalam keadaan sempurna, jika tidak mungkin maka mendekati sempurna. Allah Taโ€™ala berfirmanููŽุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุทูŽุนู’ุชูู…ู’โ€œMaka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmuโ€ QS. At Taghabun 16.Nabi Shallallahuโ€™alahi Wasallam bersabdaุณุฏู‘ูุฏูˆุง ูˆู‚ุงุฑูุจูˆุงโ€œBerbuat luruslah, atau jika tidak mampu maka mendekati lurusโ€ HR. Bukhari no. 6467.Kaidah fikih yang disepakati ulamaู…ุง ู„ุง ูŠุฏุฑูƒ ูƒู„ู‡ ู„ุง ูŠุชุฑูƒ ูƒู„ู‡โ€œSesuatu yang tidak bisa digapai semuanya, maka tidak ditinggalkan semuanyaโ€Berikut ini tata cara shalat bagi orang yang kami ringkaskan dari penjelasan Syaikh Saโ€™ad bin Turki Al-Khatslan[4] dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin [5]1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiriOrang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan ketentuan sebagai berikutYang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih banyak dari ketika tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud seperti Tata cara shalat orang yang tidak mampu dudukOrang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalatnya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macama. ala janbin berbaring menyampingIni yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranyaBerbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah mustalqiyan telentangJika tidak mampu berbaring ala janbin, maka mustalqiyan. Tata caranyaBerbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya lumpuh totalJika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam semoga Allah Taโ€™ala senantiasa memberikan afiyah dan salamah kepada pembaca sekalian, dan semoga Allah senantiasa menolong kita untuk tetap dapat beribadah dalam kondisi sakit. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru juga Macam-macam Doa Iftitahโ€”Penulis Yulian Purnama Artikel kaki[1] Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 15/229, Asy Syamilah[3] Video youtube Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 15/229, Asy Syamilah
SuandriAnsah Sabtu, 06 Agustus 2022 - 06:00 WIB. Tafsir Surah Al Maun tentang shalat. (Foto: iStock). LANGIT7.ID, Jakarta - Tafsir surah Al Maun tentang salat menjadi pedoman bagi umat Islam. Ibadah ini merupakan rukun dari Arkanul Islam yang tidak boleh ditinggalkan sama sekali. Rasulullah menegaskan, "Antara seorang hamba dengan kekufuran
S0NQVbm.
  • o79pbnzpoc.pages.dev/335
  • o79pbnzpoc.pages.dev/89
  • o79pbnzpoc.pages.dev/188
  • o79pbnzpoc.pages.dev/363
  • o79pbnzpoc.pages.dev/356
  • o79pbnzpoc.pages.dev/86
  • o79pbnzpoc.pages.dev/325
  • o79pbnzpoc.pages.dev/275
  • o79pbnzpoc.pages.dev/316
  • shalat orang sakit pakai pampers